Keterangan | Buku Baru |
---|---|
ISBN | Sedang dalam proses pengurusan di Perpusnas RI |
Dimensi | 21 cm x 14 cm |
Tebal | x + 178 hlm |
Tuan Bek dalam Pemerintahan dan Masyarakat di Batavia/Jakarta 1900-1960: Kedudukan dan Perannya
Penulis: Siswantari; Editor: Sulistio
Istilah bek pada sebagian masyarakat Betawi sudah melegenda, tercermin dari cerita-cerita yang berkembang dalam pertunjukan lenong atau topeng. Tokoh bek dalam pertunjukan itu pada umumnya digambarkan sebagai yang mengurus berbagai persoalan, mulai dari urusan kriminal sampai dengan urusan rumah tangga yang terjadi dalam masyarakat.
Istilah bek berasal dari Bahasa Belanda, Wijkmeester, yang merujuk kepada jabatan terendah dalam struktur birokrasi Belanda yang dibentuk VOC pada 1655. Bek Betawi mengepalai sebuah daerah (wijk) dengan peran dari mulai sebagai jembatan komunikasi pemerintah dengan masyarakat, mengadakan pencatatan atau mendaftar penduduk dari wijk-nya masing-masing, sampai kepada mengawasi kebersihan kota, selokan-selokan air, alat-alat pemadam kebakaran, dan memungut pajak.
Bagi masyarakat Betawi Tengah, terutama dari kalangan orang tua dalam arti usianya di atas 75 tahun masih mengenang jabatan bek atau wijkmeester dari kalangan etnis Betawi. Misalnya, wilayah Karet dikenal adanya Bek Murat, yang namanya diabadikan menjadi nama jalan di wilayah Karet Sawah. Kawasan Setiabudi dengan Bek Maung dan Bek Mat Ali. Selain itu, Tanjung Priok dengan Bek Amat dan Tanah Abang dengan Bek Damiri.
Meski jabatan wijkmeester dihapus pada 1942, menyusul mulai berkuasanya Jepang menggantikan Belanda, buku ini mengungkapkan bahwa istilah bek tidak ikut lenyap melainkan tetap dipergunakan kalangan Betawi Tengah (BT) untuk menyebut jabatan lurah sampai tahun 1960-an. Menarik untuk diketahui perihal kesinambungan antara jabatan wijkmeester dan jabatan lurah yang ada pada masa Republik. Kesinambungan itu bisa dilihat dari beberapa lurah yang memerintah sampai periode setelahnya merupakan keluarga keturunan bek.
Rp115.000
Customer Reviews
There are no reviews yet.
Be the first to review “Tuan Bek dalam Pemerintahan dan Masyarakat di Batavia/Jakarta 1900-1960: Kedudukan dan Perannya”